Senin, 10 Januari 2011

KALIMAT


MAKALAH BAHASA INDONESIA

                                                        


JEANE WAHYU UTAMI
JUFRIAN PRATAMA
KIKI NOVIA
KRISTIAN

Kelas : 3KA08

Universitas Gunadarma
2010



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan Hidayah-Nya  Makalah yang bertemakan tentang “Kalimat” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas pemenuhan SAP Mata kuliah Bahasa Indonesia, secara kelompok / kerja tim.
Semoga apa yang terdapat dalam makalah ini menjadi bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran atas keseluruhan penulisan makalah ini.


Jakarta, 31 Oktober 2010
 
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
a.     Pengertian kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
b.      Pola-pola kalimat
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
*      Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
*      Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
*      Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
*      Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial [1]

Kalimat dapat dilihat dari tiga jenis tatarannya, yaitu fungsi, kategori, dan peran.
Tataran fungsi membagi kalimat atas subjek, predikat, dan objek, pelengkap, dan keterangan.
Tataran kategori membagi kalimat atas kelas kata (kata benda/nomina, kata kerja/verba, kata sifat/adjektiva, kata keterangan/adverbial, kata ganti/pronomina, kata bilangan/numeralia, kata depan/preposisi, kata penghubung/konjungsi, kata seru/interjeksi, dan kata sandang/artikel).
Tataran peran membagi kata atas jenis perilaku (agentif), penderita (objektif), penerima/penyerta (benefaktif), tempat (lokatif), waktu (temporal), perbandingan (komparatif), alat (instrumental), penghubung (konjungtif), perangkai (preposisi), dan seruan (interjeksi).[2]

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
Jenis Kalimat
1.     Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.

Kalimat Tunggal
Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci.
S-P
S-P-O
S-P-O-K

2.     Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a.       Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada. Sebagai contoh :
*      Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
*      Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b.      Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat. Sebagai contoh :
*      Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
*      Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Sehingga kalimat tersebut setelah digabungkan akan seperti dibawah ini :
*      Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.

Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1)    Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a.       Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya. Misalnya:
*      Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b.      Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.Misalnya :
*      Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c.       Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan Misalnya:
*      Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2)    Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
*      Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek
Misalnya:       Diakuinya  hal itu
P                      S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
*      Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat
Misalnya:       Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
*      Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek
Misalnya:       Mereka sudah mengetahui hal itu.
S             P                             O
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
*      Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan
Misalnya:       Ayah pulang malam hari
S        P             K
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
3)   Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat [1]
pola bawahan II
3. Kalimat Lengkap dan Kalimat Tidak Lengkap
1)    Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh kalimat Lengkap :
*   Presiden SBY (S) membeli (P) buku gambar (O)
*      Si Jarwo (S) Pergi (P)
*      PKI (S) digagalkan (P) TNI (O)
2)    Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kamilat yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh kalimat tak lengkap :
*      Selamat sore
*      Silakan Masuk!
*      Kapan menikah?
*      Hei, Kawan...!
4.     Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
1)    Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam :
a. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
*      Ayah membeli daging
*      Kadir merayu gadis desa
*      Bang Jajang bertemu Juminten
b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
*      Adik menangis
*      Umar berantem
*      Sejak dahulu kala Junaidi merenung di dalam tempat persembunyiannya di Batu Malang
2)    Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-
*      Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat
*      Ayam dipukul Kucing
*      Bunga anggrek hitam itu terinjak si lay [3]
5.     Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
a.       Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
*      Hanya terdiri atas dua kata
*      Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
*      Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
*      Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
b.      Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c.       Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat  Inti, Luas, dan Transformasi
a. Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
b. Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
c. Kalimat transformasi. Contoh:
*      Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
*      Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
*      Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
*      Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
6.   Kalimat Mayor dan Minor
1)     Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh:
*      Amir mengambil buku itu.
*      Arif ada di laboratorium.
*      Kiki pergi ke Bandung.
*      Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah
*      Rati karena kami masih berada di sekolah.
2)      Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh:
*      Diam!
*      Sudah siap?
*      Pergi!
*      Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh:
*      Amir mengambil.
*      Arif ada.
*      Kiki pergi
*      Ibu berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.[1]
7.   Kalimat Berita, Kalimat Tanya, dan Kalimat Perintah
Berdasarkan intonasinya kalimat dibedakan menjadi 3 jenis. apakah anda tahu definisi kalimat berita ? apakah anda tahu definisi kalimat tanya ataupun definisi kalimat perintah ? semua itu akan kita bahas dalam artikel kita kali ini " Kalimat Berita, Kalimat Tanya, dan Kalimat Perintah ".

Kalimat dibedakan atas tiga jenis berdasarkan intonasi yang digunakan dalam mengucapkan kalimat. Jenis-jenis kalimat tersebut yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
1)    Kalimat Berita ( Definisi / Pengertian )
Arti Kalimat berita adalah kalimat yang isinya mengungkapkan peristiwa atau kejadian. Anda dapat menggunakan intonasi untuk membedakan kalimat berita dengan kalimat lain. Intonasi kalimat berita bersifat netral. Isinya berupa pemberitahuan.
Contoh Kalimat Berita:
*    Andi gemar olahraga sepeda gunung.
*    Sita murid terpandai di kelasnya.
2)    Kalimat Tanya ( Definisi / Pengertian )
Arti Kalimat tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan kepada pihak lain untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya. Ciri-ciri kalimat tanya yaitu menggunakan intonasi naik, menggunakan kata tanya, dapat menggunakan partikel tanya -kah. Fungsi partikel -kah untuk memperhalus pertanyaan. Kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya adalah apa, siapa, mengapa, mana, bagaimana, bilamana, kapan, dan berapa.
Contoh Kalimat Tanya:
*    Mengapa kamu tidak masuk sekolah kemarin?
*    Apakah ayah jadi berangkat ke Surabaya pada hari ini?
3)    Kalimat Perintah ( Definisi / Pengertian )
Arti Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Ciri-ciri kalimat perintah yaitu berisi perintah, menggunakan intonasi naik di akhir kalimat, dapat mempergunakan partikel -lah.
Contoh Kalimat Perintah:
*    Tolong matikan kran air itu!
*    Jangan membuat ribut, anak-anak! [4]
8.   Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singkat, jelas, dan tepat.
Jelas      : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat  : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat      : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1)      KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
2)      KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3)      KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4)      PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?

• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5)      KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium. [5]
9.   Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
1.              kontaminasi= merancukan 2 struktur benar  1 struktur salah
contoh:
*      diperlebar, dilebarkan  diperlebarkan (salah)
*      memperkuat, menguatkan  memperkuatkan (salah)
*      sangat baik, baik sekali  sangat baik sekali (salah)
*      saling memukul, pukul-memukul  saling pukul-memukul (salah)
*      Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni  Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2.              pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
*      para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
*      para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
*      banyak siswa-siswa (banyak siswa)
*      saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
*      agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
*      disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3.              tidak memiliki subjek
contoh:
*      Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
*      Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
*      Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
*      adanya kata depan yang tidak perlu
*      Perkembangan  daripada teknologi informasi sangat pesat.
*      Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
*      Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
4.              salah nalar
contoh :
*      waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
*      Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
*      Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
*      Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
*      Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
*      Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
*      Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
5.              kesalahan pembentukan  kata
contoh :
*      mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
*      menyetop seharusnya menstop
*      mensoal seharusnya menyoal
*      ilmiawan seharusnya ilmuwan
*      sejarawan seharusnya ahli sejarah
6.              pengaruh bahasa asing
contoh :
*      Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
*      Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
*      Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
7.              pengaruh bahasa daerah
contoh :
*      … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
*      … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
*      Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin) [4]

BAB III
PENUTUP
Simpulan
                   Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap pembaca mengerti akan keterangan ataupun segala sesuatu mengenai materi kalimat yang ada pada pelajaran bahasa indonesia.
Saran
                   Penulis mengharapkan pembaca memiliki keingintahuan dalam menerapkan ilmu yang terdapat dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar